Padi merupakan tanaman yang penting bagi Indonesia. karena padi menghasilkan beras yang menjadi sumber energi utama bagi manusia Indonesia. Jumlah yang dibutuhkan sedemian besar, sehingga untuk memenuhinya diperlukan ilmu dan tehnologi yang benar. ditambah lagi dengan berkurangnya lahan sawah yang subur karena kepentingan yang lain.
Dengan dukungan lahan yang ada sejauh ini kita di Indonesia hanya mampu rata-rata 4-5 ton per hektar. Itulah sebabnya teknik budidaya padi menjadi bagian penting untuk ketahanan bahkan kedaulatan pangan Indonesia.
Teknik pemupukan menjadi bagian penting dalam budidaya Padi Sawah di Indonesia. hal ini disebabkan karena tanah subur alami semakin berkurang karena, diantaranya disebabkan oleh, lahan subur alami terdegradasi karena cara budidaya yang terus menerus tanpa istirahat sehingga menurunkan kesuburan.
Untuk mengembalikan atau meningkatkan kesuburan diperlukan treatment atau perlakuan khusus agar produksi bisa dijaga bahkan ditingkatkan.
Berikut Teknik budidaya Padi Sawah dengan perlakuan khusus dari NATURAL NUSANTARA.
PERSIAPAN BIBIT DAN PEMUPUKAN
1. Benih Dengan jarak tanam 25 x 25 cm per 1000 m2 sawah membutuhkan 1,5-3 kg. Jumlah ideal benih yang disebarkan sekitar 50-60 gr/m2. Perbandingan luas tanah untuk pembenihan dengan lahan tanam adalah 3 : 100, atau 1000 m2 sawah : 3,5 m2 pembibitan.
2. Perendaman Benih Benih direndam POC NASA dan air, dosis 2 cc/lt air selama 6-12 jam. tiriskan dan masukkan karung goni, benih padi yang mengambang dibuang. Selanjutnya diperam menggunakan daun pisang atau dipendam di dalam tanah selama 1 – 2 malam hingga benih berkecambah serentak.
3. Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian Persemaian diairi dengan berangsur sampai setinggi 3 – 5 cm. Setelah bibit berumur 7-10 hari dan 14-18 hari, dilakukan penyemprotan POC NASA dengan dosis 2 tutup/tangki.
4. Pemindahan benih Bibit yang siap dipindahtanamkan ke sawah berumur 21-40 hari, berdaun 5-7 helai, batang bawah besar dan kuat, pertumbuhan seragam, tidak terserang hama dan penyakit.
5. Pemupukan seperti berikut,
dosis pupuk sesuai dengan hasil panen yang diinginkan. Semua pupuk makro dicampur dan disebarkan merata ke lahan sesuai dosis rekomendasi setempat.
Khusus penggunaan Hormonik bisa dicampurkan dengan POC NASA kemudian disemprotkan (3-4 tutup POC NASA + 1 tutup HORMONIK /tangki ). Hasil akan bervariasi tergantung jenis varietas, kondisi dan jenis tanah, serangan hama dan penyakit serta kondisi cuaca.
TABEL CONTOH PENGGUNAAN POC NASA DAN SUPERNASA
- Catatan : Dosis produksi padi 1,2 – 1,7 ton/ 1000 M2 Gabah Kering Panen
- Catatan : Dosis produksi padi 0,8 – 1,1 ton/ 1000 M2 Gabah Kering Panen
- Catatan : Dosis produksi padi 0,7 – 1,0 ton/ 1000 M2 Gabah Kering Panen
Cara Penggunaan SUPERNASA & POC NASA:
6. Pengelolaan Lahan Ringan Dilakukan pada umur 20 HST, bertujuan untuk sirkulasi udara dalam tanah, yaitu membuang gas beracun dan menyerap oksigen.
7. Penyiangan Penyiangan rumput-rumput liar seperti jajagoan, sunduk gangsir, teki dan eceng gondok dilakukan 3 kali umur 4 minggu, 35 dan 55.
8. Pengairan Penggenangan air dilakukan pada fase awal pertumbuhan, pembentukan anakan, pembungaan dan masa bunting. Sedangkan pengeringan hanya dilakukan pada fase sebelum bunting bertujuan menghentikan pembentukan anakan dan fase pemasakan biji untuk menyeragamkan dan mempercepat pemasakan biji.
"panen-padi-dengan-pupuk-organik-nasa-natural-nusantara-pocnasa-hormonik-supernasa-pentana-bvr-aero-glio-pestona"
PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT
PANEN DAN PASCA PANEN
Panen dilakukan jika butir gabah 80 % menguning dan tangkainya menunduk Alat yang digunakan ketam atau sabit Setelah panen segera dirontokkan malainya dengan perontok mesin atau tenaga manusia Usahakan kehilangan hasil panen seminimal mungkin.
Setelah dirontokkan dan diayaki (Jawa : ditapeni), secara umum dilakukan pengeringan dengan sinar matahari 2-3 hari. Setelah kering lalu digiling yaitu pemisahan gabah dari kulit bijinya. Beras siap dikonsumsi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar